Kami berpapasan di sebuah acara, aku yang lebih dulu menyapa dan dia agak kikuk.
"Lama gak jumpa, udah sering main ke rumah sekarang?" sapaku.
Ia akrab dipanggil ibel, kutahu jika dia adalah teman suamiku dan menurut informasi dari mertua, ibel sering menginap di rumah ketika masih kuliah bersama.
Wajah ibel juga sering muncul di sosmed suamiku (saat kami belum saling kenal), terutama pas lagi nongkrong bersama.
Saat itu akupun mengira jika ibel memang sahabat suamiku waktu muda, sampai pada suatu malam aku temukan percakapan mereka di inbox facebook.
Ibel dan suamiku bukan hanya teman, namun lebih dari itu, aku membaca percakapan panjang mereka di facebook suamiku yang malam itu tertidur pulas.
Awalnya aku tak terlalu memahami percakapan mereka, namun seperti ada yang aneh.
Sampai emotikon mewek yang berkali kali dikirimkan ibel jelang hari pernikahanku dan suamiku.
***
Ibel adalah mantan BF suamiku, ya dia bukan sekadar teman, tapi pacar cowoknya suamiku.
Pengetahuanku tentang orientasi seksual membuatku tak begitu terkejut saat tahu hal ini.
Suamiku bukan gay, tapi dia seorang biseksual. Karena dia bisa memainkan perannya dengan sangat baik sebagai lelaki di atas ranjang.
Sejak menikah hingga dua tahun berjalan ini, setidaknya kami ngewek 2 kali dalam seminggu, dan suamiku adalah the real man.
Namun saat malam pertama, aku sempat heran karena suamiku udah pro banget, kayak udah pengalaman, dia bahkan mempersiapkan kondom karena masih belum ingin punya anak.
Namun aku tak memikirkan hal itu, karena aku sendiri juga senang bisa mendapatkan sentuhan nikmat darinya.
***
Anehnya, saat tahu kalau ibel adalah mantan BF suamiku, reaksiku biasa aja, gak sampe terkejut apalagi shock.
Rasanya kayak nganggep kalau ibel layaknya mantan atau masa lalu suamiku, meskipun mereka berjenis kelamin sama.
Itulah kenapa aku biasa aja saat bertemu ibel, meski dalam pikiranku mungkin ibel udah berulangkali digenjot suamiku dulu.
Aku yakin ibel lah yang berperan sebagai ceweknya, karena dia cowok kalem banget, tapi tidak melambai.
Mungkin di masa lalu lubang belakang ibel juga udah berulang kali dimasuki penis suamiku, dan dia menikmati itu seperti halnya aku.
***
Weekend tiba dan seperti biasa kami menyusun rencana quality time, aku dan suamiku lebih sering making love di hari sabtu sore atau malam.
Hari itu aku memintanya untuk tidak memakai kondom.
"Sudah saatnya kita punya anak," ucapku.
"Oke kalau kamu udah siap," jawabku.
Ah, aku sangat menyanyangi suamiku dan menikmati setiap sentuhan darinya.
Suamiku bertubuh atletis dan sangat pengertian dalam hal apapun, aku tak memedulikan masa lalunya karena saat ini setiap jengkal tubuhnya adalah milikku.
Tangan dan bibirnya sangat lihai menjamah bagian-bagian sensitif tubuhku, dan aku mendesah pelan sambil mencengkram erat lengannya yang berotot.
Cara dia menggenjot juga pro banget, ritmenya pas sampai aku melenguh keenakan dan beringsut berkali-kali.
Lubang vaginaku dibuatnya basah kuyup, sampai detik dia akan klimaks dan memuncratkan spermanya di dalam.
"Aku mau keluar, mah...aku mau keluar, arrgghhh....,"
Badan kami mengeras dan bibir vagianku tertekan intens dengan semprotan hangat yang kurasakan di dalam. Enak sekali ternyata.
Aku memeluk tubuhnya yang berkeringat, dan begitupun dia. Kami saling berpelukan manja.
By imelda
Komentar
Posting Komentar