Setelah lulus kuliah, aku diterima di sebuah perusahaan bonafit di ibukota. Aku pun bisa tinggal di sebuah kos yang agak lumayan.
Sejak sekolah aku terbiasa disiplin, termasuk keharusan lulus cepat dan bekerja, orang tua sangat menekankan pentingnya pendidikan.
Namun setelah setahun bekerja, ada sebuah perasaan berbeda ketika ortu menanyakan soal pasangan hidup.
"Nak, sekarang kan kamu sudah kerja dan penghasilan kamu udah cukup untuk berkeluarga," bisik mama saat lebaran yang lalu.
Kata "berkeluarga" ini terasa asing karena aku tak punya cukup pengalama soal asmara. Mungkin kalian tak percaya jika aku tak pernah pacaran.
Sejak sekolah aku hanya sibuk les tambahan dan sesekali olahraga bulutangkis setiap jumat sore.
Saat kuliah, aku juga hanya fokus belajar, ikut PKM dan segala yang berkaitan dengan akademik.
Kalian mungkin juga tak percaya jika sampai sekarang, di usia 25 tahun, aku masih mimpi basah.
Aku jarang coli. Selama hidup bahkan bisa dihitung berapa kali aku coli, dan tiap coli ada rasa bersalah.
-00-
Setelah melihat gaji plus bonus bulananku, mama berani berbisik demikian.
Ya, jika dihitung penghasilanku bisa 2x UMR sebulan. Selain untuk membayar kos dan makan, aku bisa menabung.
Agenda lainnya mungkin hanya liburan dengan teman, menginap di villa atau nonton film.
Aku tak punya kebiasaan perawatan diri, mungkin karena pola hidupku yang lebih banyak makan sayur dan buah, aku tak terlalu punya masalah kulit.
Tapi, mama tak pernah tahu kondisiku, aku sendiri juga tak pernah begitu peduli dengan perasaanku.
-00-
Hari pertama setelah masuk kerja, rasanya sedikit berbeda. Usia membuatku memikirkan tentang pasangan hidup.
Di kantor, ada rekan kerja yang menarik perhatianku, namanya Ibran. Tapi dia laki-laki. Hanya sekadar interest melihat perawakan Ibran yang menarik.
Lagipula, aku merasa ada yang kurang dengan diriku, aku merasa penisku terlalu kecil, kadang saat tegang hanya sedekapan tangan.
Jika aku pikirkan lagi, aku tak cukup interest dengan perempuan. Ah, malam itu untuk pertama kalinya aku merasa sangat kesepian.
-00-
"Kamu dimana?"
Aku menjemput Leo di dekat gang masuk kosku. Leo kukenal dari aplikasi pelangi.
Ya, karena rasa kesepian aku akhirnya bertemu aplikasi pelangi.
Saat chat dengan kenalan di aplikasi, aku tak selalu cocok. Selain fisiknya tak menarik, lebih ke attitudenya, dan juga keterbukaannya.
Leo cukup friendly, dia mau video call untuk memastikan jika foto profilnya asli.
Lalu kami bertukar nomor wa, saling chat dan kurasa Leo seru juga.
Saat bertemu, ternyata Leo persis seperti apa yang ada dalam pikiranku. Dia agak necis dan motornya dimodif.
Secara gestural Leo cowok banget, tak ada yang akan mengira kalau Leo belok, kebetulan juga lokasi kosku sangat privat.
First meet dengan Leo, kami hanya ngobrol asyik di kamar. Leo bercerita jika dia punya toko asesoris motor, pantes aja.
Aku memesan makanan via ojol dan kami makan bersama. Kira-kira 2 jam perbincangan kami dan itu sungguh menyenangkan.
-00-
Next, akupun berteman dengan Leo, pertemuan kedua kami adalah nonton film di bioskos dan makan malam bersama di warung pinggir jalan.
Jujur ya, aku jarang makan di warung tenda pinggir jalan, namun Leo membawa pengalaman baru bagiku.
Aku dan Leo semakin dekat, bahkan Leo kerap kali menampung keluh kesahku dalam pekerjaan.
Leo juga yang mengajakku keliling kota dengan motornya, lebih berkesan dibanding naik ojol seperti yang selama ini aku lakukan. Hehe
-00-
"Mau coba?" ajak Leo.
Aku pun sadar, seiring bertambahnya usia, asmara dan seksualitas jadi kebutuhan tersendiri.
Leo mengajakku having fun. Kami melampiaskan hasrat kami di kamar kosku.
Ibaratnya, leo lah yang membimbingku, dia tak percaya jika itu adalah pengalaman pertamaku.
"Umur 25 tahun baru pertama ngelakuin kayak gini," leo terheran.
Meskipun berbadan tegap, tinggi dan atletis, namun penis leo ternyata standar aja. Kukira big size, ternyata tidak.
Tapi meski begitu, penisku masih jauh lebih kecil, bahkan jika disandingkan bisa separo dari punya leo.
Itu jugalah first time aku having fun, diewe, dan leo adalah expert seme yang bisa menjadikan pengalaman pertama itu sangat berkesan.
-00-
Kami tak menjadi pasangan kekasih, atau bf, kami hanya berteman, mungkin teman plus plus.
Tapi aku merasa nyaman, leo seolah mengisi kehampaan dalam hidupku selama ini.
Kutebak, leo sudah berpengalaman sejak masih remaja, apalagi jika melihat cara dia memanjakanku di ranjang.
Namun, leo tak pernah mengajakku berkunjung ke rumahnya. Ia berkata akan sungkan karena rumahnya ramai, ia tinggal bersama keluarganya.
Namun karena rasa penasaran akhirnya leo menjelaskan tentang diri dan keluarganya.
Leo sudah menikah, hubungan dengan istrinya sedang memburuk dan mereka tinggal di kota yang berbeda.
Leo juga sudah punya anak dan anaknya ikut dengan istrinya. Namun status mereka belum bercerai secara resmi.
Mendengar itu hatiku terasa sakit, entah kenapa, aku ingin menangis. Betapa rapuhnya perasaanku.
-00-
Aku melucuti semua pakaian leo hingga dia telanjang. Lalu kudorong pelan sampai tubuhnya menyentuh tembok.
"Kamu mau ngapain?" tanyanya bingung.
Aku hanya ingin melihat tubuh leo saat telanjang, mengamati setiap lekuknya.
"Indah banget ya tuhan," ucapku.
Akhirnya aku menyadari jika aku suka cowok, aku suka banget lihat tubuh leo, aku bahkan rela memasukkan penis leo ke mulutku dan tak ada rasa jijik.
Tapi pikiran kalau leo adalah suami orang justru membuatku semakin ngosek.
Aku kulum dan kocok penis leo sampai dia tegang. Lalu aku lucuti pakaianku sendiri.
Leo kuminta tetap diam dalam posisinya, aku memasangkan kondom dan melumuri penisnya yang sudah tegang dengan pelumas.
Lalu kuarahkan anusku sendiri ke arah penisnya sampai masuk... sleepp... aku goyang-goyangkan sendiri pantatku kedepan dan kebelakang.
Enak banget... enak...
Tapi, tiba-tiba airmataku keluar, aku menangis sembari menggoyangkan pantat menikmati penis leo yang berurat.
Leo adalah suami orang dan aku menyukainya. Leo hanya kuminta berdiri, tangannya berpegangan teralis jendela, tubuhnya ikut menegang.
"Biar aku yang bergoyang, sekaligus merasakan area prostatku terkoyak dengan nikmat," tegasku.
-00-
Setelah leo pulang, aku rebahkan tubuhku di ranjang. Aku mengingat betapa berbedanya hidupku beberapa bulan ini semenjak mengenal leo.
Aku yang tak pernah mengeluh soal pekerjaan, kali ini mulai mengeluh ke seseorang dan itu membuatku lega.
Aku yang ... tak pernah tahu nikmatnya anal, akhirnya merasakannya bersama leo.
Sepertinya aku memang membutuhkan sosok seme, itu tak bisa dipungkiri.
-00-
Namun sejak itu leo berubah, dia masih merespon chatku tapi selalu alasan buat bertemu.
Akupun jadi emosi dan sensitif padanya. Kenapa sih? Leo berkata jika aku berubah.
"Berubah kayak gimana?"
"Lebih agresif," jawabnya.
"Emang salah, aku emang udah terlanjur suka banget sama kamu, le," balasku dengan penuh kejujuran.
"Aku kangen kamu yang dulu."
"Bullshit!!!"
"Tu kan, sekarang kamu juga lebih kasar."
"Aku pengen ngisep penismu."
"Kamu sekarang gak ada bedanya sama boti boti binal."
"Itu gara-gara kamu juga, le."
"Kok aku."
"Kamu yang udah buat aku ngerasain enaknya diewe."
Leo tak membalas. Centang satu, sampai hari berikutnya. Hidupku pun jadi kurang fokus dan agak berantakan.
Leo tak juga membalas, dan aku cuman bisa nangis.
By raka
Mat
BalasHapusminta no weanya dong
BalasHapus