Langsung ke konten utama

Uke manis yang aku idam-idamkan - kisah pelangi




"Ada apa dek?"

"Kak dion ya?"

"Iya, kenapa?"

"Saya dapat tugas minta ttd kakak dari panitia ospek."

Itulah dialog dan pertemuan pertamaku dengan izfar, adik dua tingkat di kampus, tapi kami beda fakultas.

Dia terlihat malu-malu, gayanya agak sisiy, dan suaranya lembut. Tapi aku bukan tipe senior yang suka bentak atau mempermasalahkan hal tsb.

Justru itu memberikan kesan berbeda, aku memang jadi panitia ospek, tapi bukan sebagai pendamping kelompok.



Setelah itu, aku terus mengamati anak itu dari kejauhan, akupun juga mencari tahu fakultas dan jurusan apa dia.

Dari gesturenya, Izfar terlihat uke banget, dan itu membuatku interest.

-00-

Kami berpapasan di lorong menuju gedung UKM, Izfar menyapaku duluan, padahal aku berencana menyapanya duluan.

"Mau ikut ukm apa?" tanyaku.

"Olahraga kak," jawabnya.

"Minat ke cabang apa?"

"Bulu tangkis."

Sudah kuduga, izfar pasti tak akan memilih cabang sepak bola, meskipun kami sama-sama di ukm olahraga, tapi cabang yang dipilih pun berbeda.

-00-



Izfar terkilir saat diklat outdoor ukm, dia harus ditandu dari sungai bawah sampai lokasi tenda.

Refleks, aku yang bagian sie. Kesehatan karena juga anak PMI, langsung melihat luka di kakinya.

"Izfar istirahat aja dulu di tenda," pintaku pada panita.

Kulihat izfar menangis, dan coba kutenangkan.

"Udah gpp cuma kekilir biasa, beberapa hari kemudian juga sembuh."

"Bukan gitu kak, aku sedih aja gak bisa ikut diklat sampe selesai."

Aku mendekati izfar dan duduk menyeimbanginya dari depan, kulihat wajahnya yang cute meski sedang menangis, ingin rasanya kumemeluk anak itu, tapi tak enak sama panitia lain.

Apa izfar beneran uke ya? Batinku.

-00-

Beberapa hari setelah diklat aku memberanikan diri untuk mengunjungi izfar di kosnya. Kosnya cukup lebar dan dia kos sendiri, kamarnya terbilang bersih dan rapi.

Sebelumnya, aku sering menanyakan soal kondisinya via wa, aku melempar perhatian dengan harapan izfar menangkap sinyal kuberikan.

Di kamar kosnya, kami berbincang banyak hal seputar kuliah, hobi bahkan keluarga. Aku menyukai cara izfar berbicara, cara dia tersenyum dan tertawa. All about him perfect uke, batinku.

Kuamati dari dekat, badan izfar juga mulus, saat salaman pun telapak tangannya juga lembut, tubuhnya slim dan lebih pendek dariku. Kalau ngewek sama dia, posisi apapun bisa masuk.

Tapi aku tak berani untuk menanyakan, apa dia uke? Tapi pandanganku beralih ke sebuah poster Tom Holland yang tertempel di kamarnya.

"Kok ada poster tom holland?" tanyaku.

"Iya kak, aku ngefans banget sama dia," jawabnya.

Dagdigdug, sepertinya sinyalku makin akurat.

-00-

Sesampainya di kontrakan, tiba-tiba aku ingin coli sambil memfantasikan izfar ngemut penisku, arghh... aku gak tahan lagi.

Sepertinya aku emang suka sama izfar, waktu berada di kamar kosnya tadi, penisku tegang terus cuma melihat bagian tubuhnya yang mengenakan kaos dan celana pendek.

Anjir... sampai akhirnya croot..croot...croot.. dan bayangan izfar masih lekat dalam benakku.

Dia adalah uke yang sangat kuimpikan, tapi aku gak punya cukup keberanian untuk mengungkapkannya.

Komentar

© 2020 Lentera Pria

Designed by Open Themes & Nahuatl.mx.