Langsung ke konten utama

Seme tampan atletis buatku sulit move on - kisah pelangi




Kukira fisik itu memang jadi hal penting dalam sebuah relasi, itu yang aku rasakan saat berkencan dengan Tama.

Dia cakep manis, kulit sawo mateng, dan badannya atletis, meskipun agak cuek dan irit ngomong. Hmm...

Sejak putus dari Tama, aku berusaha menyakinkan diriku kalau fisik itu bukan hal utama, tapi kayaknya itu sulit.

Aku berusaha membuka diri sama orang lain, bahkan make it love sama mereka, dan sosok Tama seolah jadi standar tersendiri yang selalu membayangi.

Itu membuat batinku tersiksa hingga kini.

  - 00-


Aku ingat saat berebah di ranjang, Tama di atasku, wajah manis maskulinnya sungguh enak dilihat. 

Adegan dia pas buka baju juga sangat terkenang, melihat dada, ketiak dan otot tubuhnya dari dekat.

Bau parfum di tubuhnya juga tak terlupakan, apalagi saat dia mendekap, terasa otot-otot kasar keras yang membuatku semakin melayang.

Making love sama Tama itu berkesan, gak cuma saat penisnya mengoyak lubangku, tapi seluruh lekuk badannya dari wajah sampe bawah itu enak diliat.

Apalagi pas berkeringat, kelihatan kulit coklatnya yang basah menawan. Mana bisa move on dari keadaan ini?

  - 00-

Sejak putus dari Tama, aku berusaha membuka diri, namun sosok Tama kayak duduk di kasta tertinggi standar cowok yang pernah menjamahku.



Aku berusaha menghubunginya lagi, namun tak ada satupun jawaban, aku merasa bersalah pada diriku, dan kini sangat tersiksa karena memori-memori itu.

Aku menginginkan seme kayak Tama, berkulit coklat, berwajah manis meski jarang senyum, lengan berotot, dada bidang dan perut kotak-kotak.

Aku ingin membelai lengan berotot dan pundak kokoh saat disetubuhi, argghhhh.... Tama.

Hingga sekarang, tiap kali kenalan sama seme, yang jadi fokusku adalah fisiknya. Biar aja aku dikatain mandang fisik dll, faktanya emang gitu.

Kadang aku nyesel kenapa harus kenal sama Tama kalau akhirnya bakal ngerasain penderitaan batin kayak gini, tapi tak bisa dipungkiri kalau itu adalah bagian hidup yang indah.

Sekarang aku berusaha melupakan semuanya, bahkan berpikir untuk gak lagi menjalin relasi pelangi, kalaupun kenalan cuma sebatas temen.

Jujur aja aku takut kalau kejadian kayak Tama terulang, udah nyaman banget, akhirnya sulit move on. Cukup cuma Tama aja.

Selain itu, sampai batas mana sih bisa jalin relasi sesama pelangi? Keluarga dan sosial tak akan mungkin menerima, mau sedekat apapun pasti nantinya juga berpisah.

Hikzz... hikzzz...

By ardha


Komentar

© 2020 Lentera Pria

Designed by Open Themes & Nahuatl.mx.