Langsung ke konten utama

Sempak teman sekamarku - kisah lucu pelangi




Hari ini aku bangun terlambat, dengan cepat aku mandi dan berdandan ala kadar.

Jofan, teman kosku, masih ngorok karena dia ada jam siang.

Untunglah, aku sampai kelas sebelum dosen datang, meski sudah terlambat 3 menit.

Kuliah pun dimulai, tapi seperti ada yang aneh, aku merasa gak nyaman karena sepertinya celanaku terlalu ketat.

"Kenapa bro?" tanya fandi yang tampak heran melihatku menggerakkan pinggul.

"Nggak apa-apa kok," jawabku.

-00-

Kuliah jam pertama selesai, aku pun lekas menuju kantin karena belum sarapan, menyambung jam kuliah berikutnya.

Hari ini ada 3 mata kuliah maraton dari pagi, jeda sebentar lalu mulai lagi sebelum dan setelah dhuhur.

Aku merasa celanaku mulai menyempit, apa berat badanku yang naik?

Ah, bukan sepertinya ini celana dalamku yang sempit banget. Oya betul, rasanya gak nyaman banget otongku tertekan celana dalam yang sempit kayak gini.

Akhirnya aku ijin ke toilet.

"Kenapa bawa tas?" tanya dosen.

"Hmm... anu ...,"

Karena malu mau jawab, akhirnya aku taruh tas di kursi.

"Maaf pak, lupa, sudah kebelet soalnya," jawabku.

Seisi kelas pun tertawa.

-00-

Di dalam kamar mandi, aku lepasin sempak yang super menyiksa.

"Kenapa kok jadi sempit gini sih, masa pahaku melar," protesku pada sempak berwarna abu tua itu.

Eh, tapi kan aku gak bawa tas? Akhirnya aku kenakan celana jeansku, dan milih gak sempakan.



Agak risih sih, geli-geli gimana gitu kegesek celana jeans yang kainnya kasar.

Sempaknya aku kantongin di saku belakang, jadi di saku belakang gue ada dompet dan saku sebelahnya sempak abu.

Lega rasanya, bisa ikut perkuliahan dengan nyaman dan tenang.

-00-

Jam kuliah selesai, aku pun pulang berjalan melalui lorong kampus sama alex dan wendro, namun suasananya kayak beda.

"Ada apa sih," tanyaku.

Tapi alex sama wendro cuma ketawa ngikik gak jelas.

"Lu ngapain sih ngantongin sempak segala?" sahut alex.

Hah? Bushet. Ternyata sempak abu yang aku kantongin tadi separuh terlihat, dan apesnya pas bagian bawahnya.

Anjirr... pantesan dari tadi kayak gak enak suasananya, jadi sepanjang lorong banyak yang liat kalau aku ngantongin sempak.

Dengan cepat aku masukin ke dalam tas.

"Gak sempakan lu ya?" timpal wendro.

Aku bergegas menuju parkiran dan memacu sepeda motor maticku.

-00-

Pas nyampe kos, jofan belum pulang, aku rebahkan tubuh karena lelahnya 3 matkul hari ini.

Tapi eits, lah itu kok ada sempak tercantol di balik pintu? Warnanya abu lagi.

Lah.

Oiya, aku ingat kalau seminggu lalu jofan nawarin buat beli sempak bareng di aplikasi online karena lagi promo.

Tapi harus beli dua biar dapet potongan dan bebas ongkir. Aku iyain aja soalnya kan murah tapi sempaknya bagus.

Bedanya, ukuran sempaknya yang beda, jofan pasti ukuran M soalnya dia kecil, la gue kan ukuran XL, atau minimal L.

Aku buka tas dan lihat kembali sempak itu, nah bener kan ukuran M.

Berarti ini sempak jofan, bushet dah. Kenapa sih harus belinya warna yang sama?

Biar dikira couple gitu? Lagian sempak kan tempatnya di dalem, gak keliatan.

Kecuali kalau dipake berdua di pantai, sempakan doang gitu baru keliatan, tapi kan norak. Haha

By jasmen

Komentar

© 2020 Lentera Pria

Designed by Open Themes & Nahuatl.mx.