Aku memungut beberapa baju kotor dan menemukan kaos hitammu, bagian sampingnya terdapat bercak putih yang telah kering.
Aku tersenyum mengingatnya.
-00-
Malam itu kau tiba-tiba menghubungiku, rasa rindu membuatmu menyisihkan sedikit waktu disela kesibukanmu.
Kau datang di apartementku dan pelukan hangat langsung kau berikan.
Kita berbincang perihal banyak hal, terutama kehidupanmu setelah menikah.
"Nikah kan cuma buat nyenengin ortu," ucapmu sambil tertawa getir.
"Tapi bisa ngewek istrimu kan?" tanyaku.
Kau tertawa.
"Ngewek cewek lebih gampang."
"Maksudku, kamu bisa ngaceng alias bisa horny sama cewek?"
"Bisa," jawabmu pelan.
Sudah kuduga, sebagai top kamu pasti bisa melakukan itu dengan mudah.
"Boleh nginep sini?"
-00-
Tubuh kami saling berebah, namun tak jua terpejam, di atas ranjang kami masih berbincang banyak hal.
Jari jemarimu mulai meraba pundakku. Aku tau itu sebuah kode, tanpa berucap apapun aku langsung menyambutnya dengan merangsek mesra di dadamu.
Kau mendekapku erat, malam ini terasa hangat. Kau masih seperti dulu, suka membelai lengan dan rambutku.
Malam itu tak ada yang bisa menahan hasrat meluap di antara kita, aku dengan agresif mengulum dan menjilat penismu yang ereksi keras.
Kau dengan keahlianmu menghisap puting dan menjamah sekujur tubuhku.
"Masukin mau?" tawarmu.
Ini yang aku suka darimu, sejak dulu, kau tak pernah memaksakan kehendak, dan selalu memanjakan botimu. Beruntung sekali perempuan yang sekarang menjadi istrimu.
Penismu yang keras mulai menjamah lubangku setelah kau sarungi kondom dan baluri pelumas.
"Arghhh..," keluhku.
"Sakit?"
"Udah lama banget aku gak digenjot."
Kau mencium bibirku dengan mesra dan melanjutkan sodokanmu, tapi rasa sakitku tak tertahan.
"Maaf ya," bisikmu.
Entah kenapa aku sedih pada moment ini, gak tau kenapa rasanya beda, dulu aku bisa bebas membiarkan penismu mengoyak lubangku.
Sekarang seperti ada resistensi, aku ingat jika kau sekarang adalah suami dari istrimu yang sedang hamil.
Ini sangat memengaruhi suasana batinku, dan tiap kali penismu hendak mengoyak lubangku, secara reflek aku menutupnya.
Kau pun mencabut penismu dan melepas kondom, lalu mengocoknya hingga muncrat di perutku, sebagian muncrat jauh hingga mengenai kaos hitam yang kau letakkan di samping tubuhku.
"Aku ngerti kok," ucapmu.
Kau pun membersihkan sperma yang tercecer di perutku dengan tisu. Lalu sebuah dekapan mesra membuatku menangis.
Kita tertidur malam itu, hingga subuh menjelang. Kau pamit setelah mengenakan kemeja batikmu, tanpa daleman.
"Kaosmu?"
"Basah sperma, kapan-kapan aku ambil kesini, nitip dulu ya."
"Hmm..."
Kau pun keluar kamar, punggungmu kini terasa asing, tapi aku senang kau datang.
- 00-
Aku kerik sperma yang mengering, sambil mengingat ekspresimu saat memuncratkan cairan nikmat itu.
Kau begitu manis dan seksi, badan atletis, dada bidang, perut rata, penis kokoh berurat. Sempurna sebagai lelaki, tapi kenapa hatimu tertaut dengan boti sepertiku?
By Lazu
Komentar
Posting Komentar