Ini udah masuk gang ketiga dan mataku melihat pemandangan seorang cowok lagi nyuci motor di samping rumah bertingkat.
"Njiirr... cakep juga," bathinku.
Di depan gerbang tertulis: terima kos putra.
"Moy kayaknya ngekos sini aja deh," pintaku sama Moy, yang daritadi nemenin aku nyari kos.
"Emang lu yakin ini kos kamar mandi dalem?"
"Coba dulu."
Aku mendekati mas-mas yang lagi nyuci motor dan lekas bertanya.
"Permisi mas, di sini terima kos ya?"
"Oh iya mas, pemilik kosnya rumah depan itu, cat ungu," jawabnya.
"Bukan masnya?"
"Bukan saya juga kos di sini."
Mantab! Dari sekian banyak kos-kosan yang udah aku cari kayaknya ini yang bisa bikin bahagia. Haha...
- 00-
"Kamar mandinya luar mas, tiap lorong ada 3 kamar mandi, gak ada kamar dalam," jelas Ibu kos saat kami tanya soal kamar.
"Gpp bu," jawabku.
Moy pun menjawil, lalu berbisik lirih.
"Katanya nyari kamar mandi dalem?"
"Berisik ah, yang mau kos kamu apa aku?" balasku.
Mungkin Moy kaget, kenapa tiba-tiba aku ambil kos ini, padahal sejak tadi udah berapa kos aku tolak karena gak ada kamar mandi dalem.
Kami pun berjalan melihat kamar yang kosong.
"Ada 3 kamar kosong," jawab ibu kos.
Kami berpapasan dengan mas-mas yang tadi nyuci motor, dia cuma pake ubetan handuk merah sambil membawa alat mandi. Seksi banget njiirrr..
"Gak ada kuliah Fud?" tanya ibu kos ke mas itu.
"Ada buk, tapi masih nanti siang," jawabnya.
Lalu dia masuk kamar kos, kamar kosnya nomor 6.
"Saya ambil kamar nomer 5 aja buk," jawabku.
"Kamar 5 baru ditinggal penghuni lama lho, belum sempat ibu bersihin. Kamar 10 aja baru dicat dan dibersihkan," tawar ibu kos.
"Malah gapapa buk, saya alergi bau cat, kamar 5 aja gapapa."
"O ya sudah, soalnya baru 2 hari lalu kosong belum sempat beresin, dan ini engselnya juga harus diganti."
"Aman."
Hari itu juga, aku langsung pindahin barang-barang yang masih aku titipin di kos Moy.
"Kamu yakin mau kos disitu? Kok tiba-tiba berubah pikiran sih," protes Moy.
"Aku suka suasananya, pokok gak bisa dijelasin deh," jawabku.
"Suasana kayak rumah lama gitu kok."
"Justru itu aku suka."
"Sejak kapan?"
Aku terdiam. Aku sebenarnya emang gak terlalu suka model bangunan lama, agak horor gitu sih.
- 00-
"Hai kak," sapaku saat mas-mas cakep itu lewat depan kamar.
"Sekarang kos di sini ya?"
"Iya kak, salam kenal ya."
Aku mengulurkan tangan, dan kami saling berjabat tangan.
"Abil," ucapku.
"Fudu, panggil saja Fudu."
"Iya... kak, Fudu."
"Kuliah dulu ya," pamitnya.
Kak Fudu. Njiirr... cakep banget, badannya bagus, dan tangannya kasar kokoh. Mungkin ini yang disebut ketertarikan pada pandangan pertama.
Dan sekarang, kamarku bersebelahan sama dia. Auw... auw... kak Fudu.
Baca selanjutnya KLIK DISINI
Komentar
Posting Komentar