Langsung ke konten utama

Jepitan Mesra Teman Badmintonku | Cerita Pelangi




Langit mendung dan suasana lumayan gerah. Aku baru saja selesai bermain badminton bersama Sakti. 

Sakti, kenalan di aplikasi biru yang punya banyak kecocokan denganku, salah satunya hobi main badminton. 

Gedung badminton juga tak jauh dari kompleks perumahan rumahku, bahkan kami sering jalan kaki menuju kesana. Motor Sakti dititipkan di rumahku.
 
"Capek banget, ya?" tanyaku sambil menyeka keringat.
 
"Iya, nih. Keringetan banget. Boleh numpang mandi?" jawab Sakti sambil mengusap keningnya.
 
"Boleh, tapi keringin keringat dulu, ya. Nanti masuk angin," kataku.
 
"Oke, oke. Kamar mandi di mana?" tanya Sakti.
 
"Di lantai dua, dekat balkon.," jawabku.
 
Sakti pun langsung menuju kamar mandi. Aku memutuskan untuk menunggu di balkon, sambil scroll tiktok dan menikmati semilir angin.
 
Tak lama kemudian, Sakti keluar dari kamar mandi. Wajahnya terlihat segar, keringat yang menempel di tubuhnya sudah hilang.
 
"Makasih, ya," kata Sakti sambil tersenyum.
 
"Sama-sama. Eh, kamu nginep aja, ya? Udah malem gini," kataku.
 
"Boleh, nih? Kalo nggak ngerepotin, sih." jawab Sakti.
 
"Nggak ngerepotin kok. Lagian, kan, kamu udah sering nginep di sini."
 
"Iya, sih. Tapi, tetep aja takut ngerepotin."
 
"Hahaha, kamu mah. Udah, sana ke kamar. Aku mau ke dapur dulu," kataku.
 
Sakti pun menuju kamar. Aku beranjak ke dapur untuk membuat minuman hangat.

Lalu aku kembali ke kamar dan Sakti udah telanjang dada.

"Kok lepas baju?" tanyaku heran.

Sakti memberikan isyarat. Kami sudah saling paham, dan memang itulah yang sering terjadi setelah kami bermain badminton yang belum tentu seminggu sekali.

Diiringi playlist Simple Plan, kami melampiaskan hasrat masing-masing. Adegan pertama diawali dengan ciuman mesra, lalu Sakti menarik kaosku dan melepasnya.

Dengan beringas aku dorong Sakti di kasur dan mengendus leher, dada, ketiak, perut dan sesekali menjilati putingnya.

Badan slimnya yang berlekuk sangat nyaman untuk dicumbu.

Sakti melakukan hal yang sama, fore play kami membuat keringat kembali berderai, kipas angin di kamar sepertinya tak terlalu berdampak.

"Aku botinya," pinta Sakti.

"Tumben," balasku.

Kami memang vers, tapi biasanya Sakti yang lebih sering berperan jadi top, jarang kami gantian. Malam ini, dia ingin jadi bot tanpa gantian.

Kontol yang sudah terbungkus kondom dan terlumuri pelumas kuhujamkan mesra ke lubang anus Sakti, dia mengerang, menjepit kuat.

Detik berikutnya, genjotanku menaklukkannya, dia hanya bisa mendesah, menggelinjang nikmat, sampai kurasakan cairan hangat muncrat dan kulihat ujung kontol Sakti yang ngaceng itu berlumuran cairan putih.

"Sangek banget ya?"

Dia menganggukkan kepala. Lalu aku genjot lagi pelan untuk menuntaskan hasratku.

-00-

 
Malam ini, aku merasa senang sekali bisa ngentot Sakti. Rasanya, waktu berlalu begitu cepat.
 
Entah kenapa, aku merasa nyaman sekali berada di dekat Sakti. Mungkin, karena kami punya banyak kesamaan dan saling memahami.
 
Semoga, malam ini menjadi awal dari kisah yang indah antara aku dan Sakti. Kami pun terlelap di ranjang yang sama.

By Adiet

Komentar

© 2020 Lentera Pria

Designed by Open Themes & Nahuatl.mx.