Langsung ke konten utama

Lidah yang Aku Rindukan | Kisah Pelangi




Kota yang dulu terasa begitu ramai, kini terasa begitu sepi.  Sepi tanpa Putra.  

Putra, junior di kantor yang berhasil mencuri hatiku, yang selalu ada di sisiku, yang membuatku merasa tak sendiri di tengah hiruk pikuk kota besar ini.
 
Dulu, setiap pagi, kami berangkat kerja bersama.  Mobilku yang sederhana, diiringi lagu-lagu favorit kami, menjadi saksi bisik-bisik cinta kami.  Senyumnya di pagi hari, selalu berhasil membuatku semangat menjalani hari.
 
Sore hari, saat matahari mulai terbenam, kami pulang bersama.  Sambil ngobrol tentang apa saja,  tentang pekerjaan,  tentang mimpi,  tentang masa depan.

Kadang kami mampir di kedai makanan, menikmati senja berdua, atau langsung ke kos dan memasak resep sederhana ala anak rantau kota.

"Healing yuk," ajaknya.

Awalnya aku tak paham, baru aku tau itu tanda dia capek banget.

Putra melampiaskan hasratnya dengan mengulum lembut penisku, dijilatinya dengan penuh gairah seperti menikmati lolipop.

"Suka nyepong banget ya?"

"Suka banget," jawabnya.

Aku hanya mengerang nikmat, apalagi kalau jari jemari Putra mulai naik ke atas dan menyentuh putingku, rasanya dunia begitu indah.

Namun Putra bukan boti, dia tak pernah mau digenjot, diapun juga tak mau menggenjot.

"Gua side, hahaha..," ucapnya.

-00-
 
Liburan pun tak pernah sepi.  Kami selalu mencari tempat baru untuk dijelajahi, mencoba kuliner yang berbeda, berburu cerita di sudut-sudut kota.  

Putra, dengan kepolosannya,  selalu berhasil membuatku tertawa.
 
Jakarta, yang dulu terasa asing,  berubah menjadi rumah karena ada Putra.  Dia yang membuatku merasa nyaman,  yang membuatku merasa dicintai,  yang membuatku merasa tak sendiri.
 
Tapi,  takdir berkata lain. Putra harus pindah tugas ke luar Jawa. Tiba-tiba,  Jakarta yang begitu luas,  terasa begitu sepi.  Mobilku yang dulu selalu dipenuhi tawa, kini terasa begitu sunyi.
 
Setiap sudut kota, setiap tempat yang pernah kami kunjungi, semuanya mengingatkan aku pada Putra.  Aku masih bisa melihat senyumnya, mendengar suaranya, merasakan sentuhannya.
 
Tapi,  itu hanya bayangan.  Putra sudah pergi,  jauh dari jangkauanku.

Sebelum dia pergi, kami habiskan waktu berdua seharian di kamar, kami bercumbu tanpa ampun.

Sambil meneteskan air mata, aku sepong kontol Putra sampai spermanya muncrat kemana-kemana.

"Anggap ini sebagai hadiah,"

Putra hanya mendesah dan berebah, mungkin dia terkejut karena selama ini aku tak pernah menunjukkan sisi ini.

Giliran Putra yang mengulum kontolnya sampe pejuhku keluar dan dia menelannya.

"Ini bukan yang terakhir, kita masih bisa ketemu," kata Putra.

"Iya, tapi tidak seperti biasanya lagi."

Dia memelukku, dan entah kenapa malah aku yang menangis, padahal aku lebih tua darinya. Cengeng sekali.

  - 00-
 
Aku merasa kesepian.  Kesepian yang tak terkira.  Kesepian yang membuatku merindukan kehadirannya.
 
Aku mencoba untuk mengisi kekosongan ini dengan berbagai cara. Aku sibuk dengan pekerjaan, mencari teman baru,  mencoba hobi yang baru.
 
Tapi, tak satupun yang bisa menggantikan Putra.
 
Aku masih sering membuka galeri foto di handphone,  menatap foto-foto kami berdua. Aku masih sering mendengarkan lagu-lagu yang pernah kami dengarkan bersama.
 
Aku masih berharap, suatu saat nanti,  kami bisa mengulang momentum ini bersama lagi.
 
Aku masih berharap,  suatu saat nanti, kita bisa kembali bersama, berangkat dan pulang kerja bersama, makan malam bersama, dst.
 
Tapi, aku juga sadar, bahwa takdir tak selalu sesuai dengan keinginan kita.
 
Aku harus belajar untuk menerima kenyataan. Aku harus belajar untuk kuat. Aku harus belajar untuk hidup tanpa Putra.
 
Meskipun berat,  aku akan mencoba. Aku akan terus berjuang. Aku akan terus mencintai Putra, walaupun dia sudah jauh dari jangkauanku.
 
Karena,  cinta tak selalu harus memiliki. Cinta bisa menjadi sebuah kenangan,  sebuah pelajaran, sebuah kekuatan.
 
Dan, aku yakin,  cintaku untuk Putra akan selalu ada, di mana pun dia berada.
 
Semoga,  suatu saat nanti,  kita bisa bertemu lagi.
 
Semoga,  suatu saat nanti,  kita bisa kembali bersama.
 
Sampai saat itu tiba,  aku akan terus mencintai Putra, dari kejauhan. Hikz..

By Owen

Komentar

© 2020 Lentera Pria

Designed by Open Themes & Nahuatl.mx.